Senandung Perdana, Solusi Sistematis Lindungi Perempuan dan Anak
BANDUNG, GEMA1.COM - Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan didampingi Wakil Wali Kota Bandung, Erwin meresmikan layanan Senandung
Perdana (Sekolah dan Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak) di RSUD Bandung
Kiwari, Selasa 4 Maret 2025.
Program yang diinisiasi Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung ini menjadi langkah besar
dalam upaya perlindungan perempuan dan anak, dengan layanan yang mencakup
pencegahan hingga penanganan kasus kekerasan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menegaskan,
kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah masalah serius.
“Kesadaran kita semakin meningkat bahwa
kekerasan, baik fisik maupun psikis, harus diperhatikan. Kita harus memastikan
setiap korban mendapatkan haknya dan perlindungan maksimal sesuai amanat
undang-undang dan nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Farhan juga menyoroti pentingnya sistem
perlindungan yang lebih kuat, terintegrasi dan efektif dalam menangani
kekerasan berbasis gender.
“Jika tidak ditangani dengan baik, ini bisa
menjadi penyakit sosial. Senandung Perdana diharapkan menjadi solusi sistematis
dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati menjelaskan Senandung Perdana hadir untuk memberikan
akses lebih cepat dan aman bagi korban kekerasan.
“Kita berharap edukasi yang dilakukan melalui
program ini dapat membantu menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Data menunjukkan adanya penurunan kasus, terutama kekerasan terhadap perempuan,
yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh berbagai upaya edukasi dan intervensi,”
jelas Uum.
Senandung Perdana memiliki delapan model layanan
utama, yaitu:
1. Pembangunan kualitas keluarga
2. Pencegahan kekerasan terhadap generasi muda
3. Pencegahan pernikahan dini
4. Layanan psikososial
5. Pendampingan hukum
6. Edukasi keterampilan
7. Konseling
8. Layanan mobile
Menurut Uum, layanan ini dikembangkan dengan
pendekatan jemput bola, baik melalui kunjungan langsung ke rumah korban maupun
melalui mobil layanan yang dapat memberikan konseling di tempat.
"Kami juga bekerja sama dengan berbagai
pihak, termasuk PKK, RW, serta komunitas seperti Vawura dan Kencana, untuk
menjangkau lebih banyak masyarakat," tambahnya.
Uum juga mengatakan perlu pendekatan
komprehensif dalam menangani kasus kekerasan. "Jika korban mengalami
kekerasan fisik, maka prioritas utama adalah pemulihan kondisi kesehatannya
sebelum dilakukan intervensi psikologis. Selain itu, kami juga menyediakan
layanan konseling bagi anak-anak yang mengalami bullying agar mereka dapat
kembali beraktivitas dengan normal," jelasnya.
Berdasarkan data DP3A Kota Bandung, pada tahun
2024 terdapat 200 kasus kekerasan terhadap perempuan, terdiri dari 97 kasus
kekerasan terhadap istri dan 102 kasus terhadap perempuan lainnya. Bentuk
kekerasan tertinggi adalah psikis, diikuti oleh kekerasan seksual.
Untuk anak, tercatat 218 korban kekerasan,
dengan 50% mengalami kekerasan seksual, diikuti oleh perundungan dan kekerasan
fisik. Fakta ini menunjukkan perlunya edukasi dan intervensi dini guna mencegah
kekerasan terhadap anak.
"Kami juga terus memperluas jangkauan
layanan dengan mengunjungi sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi dan
konseling bagi siswa yang mengalami bullying atau kekerasan lainnya,"
ungkapnya.
Di tempat yang sama, Direktur RSUD Bandung
Kiwari, dr. Yorisa Sativa menambahkan,
layanan ini mencakup deteksi dini, penanganan medis, hingga pendampingan hukum
bagi korban.
“Senandung Perdana merupakan bentuk nyata
komitmen Pemkot Bandung dalam melindungi perempuan dan anak. Layanan ini
tersedia secara on-site di rumah sakit dan melalui layanan mobile,” jelasnya. (ay)

Tidak ada komentar